TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

3/22/2010

Konsep Pribadi tidak sehat menurut teori eksestensialisme

Kata Kunci: al-Qur’an, tafsir susastra,kitab, trans historis, trans kultural.
Pendahuluan
Ada beberapa teori dan pendekatan konseling yang biasa digunakan
oleh para konselor dalam membantu klien menghadapi masalah. Menurut
Corey dalam bukunya Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi ada
sembilan aliran, salah satunya adalah teori Eksistensial Humanistik. Yang
di dalamnya memuat tentang enam dimensi dasar positif yang dimiliki
oleh setiap manusia, yaitu: 1. kapasitas akan kesadaran diri; 2. kebebasan
serta tanggung jawab; 3. menciptakan identitas dirinya dan menciptakan
hubugan yang bermakna dengan orang lain; 4. usaha pencarian makna,
tujuan, nilai dan sasaran; 5. kecemasan sebagai suatu kondisi hidup; dan
6. kesadaran akan datangnya maut serta ketidakberadaan .
Di dalam sumber ajaran Islam yang terdapat dalam Al Qur’an dan
Hadist, sebenarnya sudah banyak ayat-ayat yang mengandung arti
konseling, hanya saja masih tersebar diberbagai tempat dan belum
tersusun secara sistematis dan dipilah-pilah seperti dalam konseling secara
umum. Terutama dalam sistematika tentang : hakikat manusia, pribadi
sehat, pribadi tidak sehat, konsep konseling, peran dan fungsi
konselorserta tehnik dan prosedur dalam konseling. Oleh karena itu,
kiranya tidak terlalu berlebihan apabila penelitian ini bertujuan untuk
mencari bahan dari Islam , khususnya ayat-ayat yang memiliki dan
mengandung nilai konseling.
Demikian pula halnya dalam proses konseling, karena mayoritas
masyarakat Indonesia beragama Islam maka diupayakan mencari bentuk
konseling yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia tersebut,
tanpa menutup kemungkinan diberlakukannya konseling non Islam. Teori
Eksistensial Humanistik memuat tentang enam dimensi dasar positif yang
menurut penulis berdekatan dengan Islam. Karena apa yang terkandung
di dalamnya terdapat juga dalam ajaran Islam. Oleh karena itu dalam
penelitian ini penulis ingin mencoba mengungkap lebih mendalam lagi
tentang materi enam dimensi dasar positif tersebut dikaitkan dengan
konseling Islam.
Berpijak dari materi latar belakang masalah tersebut, muncul beberapa
masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana teori Eksistensial
Humanistik tentang enam dimensi dasar positif ? Bagaimana tinjauan
Islam tentang enam dimensi dasar tersebut ? Bagaimana kemungkinan
penerapan enam dimensi dasar tersebut ke dalam konseling Islam ?
Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : Mendeskripsikan teori Eksistensial Humanistik tentang
enam dimensi dasar positif, Mendeskripsikan tinjauan Islam terhadap
enam dimensi dasar tersebut. Mendeskripsikan kemungkinan penerapan
enam dimensi dasar tersebut dalam konseling Islam. Dari hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang enam
dimensi dasar positif dari teori Eksistensial Humanistik yang mengarah
pada usaha membangun dan mengembangkan konseling dan psikoterapi
yang berwawasan Islam, menambah wawasan dalam mengembangkan
pemikiran terhadap khasanah keilmuan konseling Islam. Selain itu, agar
ke depannya dapat digunakan sebagai pendekatan konseling alternatif
bagi konselor dalam membantu klien, agar ke depannya dapat dijadikan
pegangan bagi para konselor muslim dalam membantu klien yang beragama
Islam dalam membantu permasalahan mad’u yang berhubungan dengan
enam dimensi dasar.
Kerangka Teoritik
Penulis mengutip beberapa pendapat ahli tentang definisi konseling.
Menurut Shertzer/Stone: Counseling is an interaction process that facilitates
meaningful understanding of self and environment and result in the establishment
and/or clarification of goals and values for future behavior. 2 Sedangkan
menurut Ivey & Downing ( 1980 : 13 ) : Counseling is a more intensive
process concerned with assisting normal people to achieve their goals or function
more efectivelly.3 Menurut Patterson dan Eisenberg ( 1983) dalam Rosjidan,
Konseling adalah suatu proses yang ditandai oleh suatu hubungan unik
antara konselor dan klien yang mengarah kepada perubahan pada pihak
klien di dalam suatu atau lebih bidang-bidang berikut : 1. tingkah laku;
2. konstruk pribadi (cara membentuk realita, termasuk membentuk diri);
3. kemampuan untuk menangani situasi-situasi hidup; 4. pengetahuan
dan ketrampilan pembuatan keputusan.4 Dari ketiga definisi tersebut,
penulis lebih condong memilih definisi yang terakhir, yaitu berorientasi
pada perubahan.
Secara umum, tehnik dan pendekatan tersebut menurut Ivey &
Downing terbagi dalam tiga teori besar, yaitu : Psikodinamika,
Behaviorisme dan Eksistensial Humanistik.5 Sesuai dengan kajian dari
penelitian ini, penulis hanya akan membahas tentang enam dimensi dasar
positif dari teori Eksisensial Humanistik saja.
Humanisme muncul karena adanya keragu-raguan yang mendasar
terhadap psikodinamika dan behaviorisme. Teori yang dipelopori Abraham
Maslow dan Carl R Rogers ini sangat menghargai keunikan pribadi,
penghayatan subyektif, kebebasan, tanggung jawab , terutama kemampuan
mengaktualisasikan diri pada setiap individu. Aliran ini juga mempunyai
pandangan sangat optimis dan bahkan terlampau optimistik terhadap
upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga manusia dipandang
sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan play – God ( peran
Tuhan ). 6
Teori ini sangat berpengaruh dalam membuka pandangan yang luas
terhadap para ahli dan arah masyarakat. Eksistensial Humanistik relatif
baru jika dibanding dengan dua teori besar sebelumnya yaitu
Psikodinamika dan Behaviorisme. Teori ini merupakan hasil perluasan
untuk menyiapkan pendekatan humanis. 7 Sejalan dengan ini pula,
Herlianto, dalam artikelnya di internet menulis, bahwa sejak tahun 1970
an muncul gerakan mistik modern yang membawa falsafah sama dengan
bentuk gerakan zaman baru dan humanisme baru. Gerakan terselubung
ini dikenal dengan berbagai macam gerakan pengembangan pribadi. Yang
pada prinsipnya mengajak orang untuk menyadari kemampuannya yang
tidak terbatas/terhingga, untuk mencapai kehidupan yang damai, suka
cita, cinta dan kelimpahan di bumi ini. Pada dasarnya gerakan ini
mempercayai adanya kekuatan ( power ), pikiran ( mind ), atau potensi
alam semesta yang disebut sebagai universal power, universal mind atau
universal self dan manusia memiliki sebagian dari kekuatan itu. Manusia
dianggap mempunyai potensi/kekuatan demikian yang tidak terhingga,
sehingga tugas manusia adalah menggali kekuatan/potensi diri itu
semaksimal mungkin untuk mencapai kemanusiaan yang penuh. 8 Dari
gerakan ini kita bisa melihat, bahwa seolah-olah manusia bisa apa saja
dengan potensi yang tak terhingga, sehingga bisa meraih dan menciptakan
sesuatu dengan kemampuan dirinya tanpa peduli dengan kekuatan lain
di luar diri manusia, yaitu kekatan dan kekuasaan Tuhan pencipta alam
semesta, termasuk yang menciptakan manusia. Menurut Sandhu, analogi
terhadap kekuatan di dalam konseling dan psikoterapi meliputi :
Psikodinamika, Behaviorisme, Humanisme, Multikultural, dan Spiritual
adalah sebagai kekuatan kelima. 9
Dalam sejarah agama kita saksikan manusia berusaha mencari
perlindungan dalam agama tertentu untuk mencari ketentraman jiwa,
yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kesehatan mentalnya. 10 Kesehatan
mental dapat dicapai antara lain dengan keyakinan akan ajaran agama,
keteguhan dalam mengindahkan norma-norma sosial, hukum, moral dan
sebagainya. Yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah
kesehatan mental. Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa
putus asa, pesimis, apatis, karena ia dapat menghadapi semua rintangan/
kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar serta menerima
kegagalan itu sebagai suatu pelajaran yang akan membawa suksesnya
nanti. 11 Menurut Al Qur’an keadaan-keadaan yang merisaukan itu
bersumber dari manusia sendiri, yaitu mempunyai sifat suka lupa. Sehingga
perlu dioptimalkan melalui pembinaan dan pembiasaan untuk
mewujudkan potensi-potensi intelektualnya, kerelaan pada diri sendiri
dan aspek spiritual manusia. Bagi mereka yang beragama, kebutuhan
ruhani ini dapat diperoleh lewat agama. 12 Agama merupakan kebutuhan
dasar spiritual manusia. ( Surah Ar Ruum, 30 : 30 ).
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dimaksud untuk memperoleh gambaran tentang enam
dimensi dasar positif dari teori Eksistensial Humanistik, sehingga
pendekatan yang digunakan di sini adalah pendekatan kualitatif dan
metode induktif. Hal ini dilakukan karena fokus penelitian menitik
beratkan pada kajian konseptual yang berupa butir-butir pemikiran dan
bagaimana pemikiran itu tersosialisasikan. Fokus dalam penelitian ini
adalah library reserch, yaitu suatu riset kepustakaan 13 Hal ini dilakukan
untuk mengkaji literatur-literatur yang membahas tentang teori
Eksistensial Humanistik, terutama yang berkaitan dengan enam dimensi
dasar positif serta buku-buku yang membahas tentang konseling Islam.
Dari data-data yang telah terkumpul, kemudian akan dianalisis
dengan pendekatan content analysis atau analisis isi yang positivistik
kualiatif dan metode induktif. Hal ini digunakan karena fokus penelitian
menitik beratkan pada kajian konseptual yang berupa butir-butir
pemikiran dan bagaimana pemikiran itu tersosialiasikan.
Pandangan teori Eksistensial Humanistik tentang:
1. Hakikat Manusia
Manusia adalah mahluk yang selalu dalam keadaan transisi,
berkembang, membentuk diri dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang
berarti kita menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai
sesuatu yang wajar . Sebagai manusia kita selalu bertanya tentang diri
sendiri, orang lain dan dunia. Memiliki enam dimeni dasar positif dari
kondisi manusia, yaitu : 1. kapasitas akan kesadaran diri; 2. kebebasan
serta tanggung jawab; 3. menciptakan identitas dirinya dan menciptakan
hubugan yang bermakna dengan orang lain; 4. usaha pencarian makna,
tujuan, nilai dan sasaran; 5. kecemasan sbagai suatu kondisi hidup; dan
6. kesadaran akan datangnya maut serta ketidakberadaan .14 Manusia
pada dasarnya baik – aktif . Kecenderungan manusia untuk berkembang
secara positif dan konstruktif apabila tercipta suasana menghormati dan
mempercayai. Manusia itu penuh akal, dapat dipercaya dan positif,
mampu mengarahkan diri, hidup secara produktif, efektif dan efisien. 15
6 Teologia, Volume 19, Nomor 1, Januari 2008
Penerapan Enam Dimensi ...Oleh Maryatul Kibtyah
Pandangan positif tentang sifat dasar manusia ini mengandung implikasi
yang signifikan bagi praktik terapi yang berakar pada kapasitas klien
untuk menyadari dan kemampuannya untuk membuat keputusan.
Melihat manusia dari sisi ini berarti terapis berfokus pada segi konstruktif
dari sifat dasar manusia, pada apa yang benar dengan pribadi itu dan
pada aset yang dibawa orang dalam terapi. Implikainya bahwa mereka
tiada hentinya terlibat dalam suatu proses mengaktualisasikan diri.16
2. Pribadi Sehat
Manusia dikatakan sehat pribadinya jika dapat memfungsikan 6
dimensi dasar tersebut secara benar, sehingga kesadaran berfungsi secara
penuh, yaitu berpikir positif, dapat dipercaya, kreatif, memahami diri
sendiri, produktif, efektif dan kongruen. Rogers ( 1961 ) dalam Corey (
2000) melukiskan orang yang menjadi makin teraktualisasi memiliki
karakteristik sebagai berikut : 1. keterbukaan terhadap pengalaman, 2.
percaya pada diri sendiri, 3. sumber evaluasi internal, 4. kesediaan untuk
tumbuh secara berlanjut.17
3. Pribadi Tidak Sehat
Yaitu gagal/tidak mampu memfungsikan 6 dimensi dasar yang dimiliki
manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Yaitu :
inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri
sendiri, bermusuhan, kurang produktif.
4. Tujuan Konseling.
Menolong orang bisa mengetahui bahwa mereka menjadi sadar akan
kemungkinan-kemungkinan itu. Menantang mereka untuk mengenali
bahwa mereka bertanggung jawab atas peristiwa yang pada mulanya
mereka perkirakan menimpa dirinya, kemudian mengidentifikasikan
faktor yang menghalangi kebebasan. 18 Difokuskan pada si pribadi, bukan
pada problem yang dikemukakan oleh klien. Lebih jelasnya konseling
adalah merevisi atau memperbaiki fungsi pribadi. Dalam proses konseling
diperlukan suatu kondisi yang dianggap bisa menciptakan perubahan
kepribadian, yaitu : 1. Ada dua orang dalam kontak psiklogis, 2. Orang
pertama yang kita beri nama klien mengalami hal yang tidak kongruen,
3. Orang kedua disebut terapis, adalah yang kongruen dan terintegrasi
dalam hubungan itu, 4. Terapis menaruh perhatian positif, yaitu betul-
betul peduli terhadap klien, 5. Terapis mengalami pemahaman secara
empati terhadap ukuran internal di mana klien membentuk sikap atau
keputusan dan usaha utuk mengkomunikasikannya dengan klien, 6. Yang
dikomunikasikan dengan klien berupa pemahaman empati dan perhatian
positif tanpa syarat. 19
5. Hubungan Terapis dengan Klien
Tugas utama dari terapis adalah untuk secara akurat keberadaan
klien di dunia dan untuk menegakkan tatap muka secara pribadi dan
otentik. Klien menemukan keunikan diriya dalam hubungannya dengan
si terapis, tatap muka antara dua manusia, adanya hubngan klien dengan
terapis, dan keotentikan dari tatap muka di sini dan sekarang
mendapatkan tekanan, baik klien maupun terapis bisa berubah oleh tatap
muka ini.
6. Tehnik dan Prosedur.
Sedikit saja tehnik yang keluar dari pendekatan ini, sebab yang
pertama mendapat tekanan adalah pemahaman, baru kemudian
tehniknya. Para terapis bisa meminjam tehnik pendekatan lain dan
memasukkannya dalam kerangka eksistensial. Pendekatan ini tidak
memiliki perangkat tehnik yang siap pakai. Inti dari terapi ini adalah
penggunaan pribadi terapis. 20 Ada tiga tahap dalam konseling eksistensial,
yaitu : tahap pendahuluan, tahap tengah dan tahap akhir dari konseling.
7. Fungsi dan Peran Konselor.
Yang lebih diutamakan oleh konselor dalam terapi ini adalah
memahami dunia subyektif klien, dengan harapan agar bisa menolong
klien mmahami dan meentukan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah
pada saat itu, yang paling utama diperhatikan oleh konselor adalah laku
klien untuk melepaskan diri dari tanggung jawab, klien diajak untuk
menerima pertanggung jawaban pribadi. 21
Tinjauan Islam terhadap enam dimensi dasar positif
teori Eksistensial Humanistik.
Enam dimensi dasar positif dari teori Eksistensial Humanistik, yaitu :
1. kapasitas akan kesadaran diri; 2. kebebasan serta tanggung jawab; 3.
menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna
dengan orang lain; 4. usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran;
5. kecemasan sebagai suatu kondisi hidup; dan 6. kesadaran akan
datangnya maut serta ketidakberadaan ; jika ditinjau dari pandangan
Islam adalah pada dasarnya dalam Islam ( Al Qur’an dan Hadist ) memuat
seluruh komponen kehidupan termasuk enam dimensi dasar tersebut.
Hal ini bila kita kupas satu persatu dari enam dimensi dasar tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas akan kesadaran diri.
• Manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, Hadist Riwayat
Muslim.
Artinya : Tiap-tiap orang itu dilahirkan ibunya atas dasar fitrah, kedua
orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Apabila kedua orangtuanya muslim, jadilah ia muslim ( H.R. Muslim)
• Fitrah manusia beragama tauhid dan penerima kebenaran, Surah
Ar Ruum, 30: 30
• Sudah ada perjanjian mengakui Allah sebagai Tuhan, Surah Al
A’raf, 7 : 172
• Manusia dibekali dengan potensi akal, pendengaran, penglihatan
dan hati, - Surah Ar Ra’du, 13 : 19 – 20; -. As Sajadah, 32 : 9
• Manusia dibekali dengan petunjuk ilahiyah, Surah Al Fatihah, 1 : 7
• Manusia sebagai khalifah, Al Baqarah, 2 : 30
• Manusia diberi amanat (tugas-tugas keagamaan), Al Ahzab, 33 : 72
• Manusia sebagai pengabdi Allah (Abdullah), Adz Dzariyat, 51 : 56
Sesuai dengan fitrahnya, bahwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan
suci, secara fitrah beragama tauhid dan penerima kebenaran, terikat
perjanjian dengan Allah bahwa Allah itu Tuhannya, dibekali dengan
potensi akal, pendengaran, penglihatan, hati, dan petunjuk Ilahiyah,
sebagai khalifah , pemegang amanat (tugas keagamaan), dan sebagai
Abdullah (pengabdi). Kapasitas akan kesadaran diri dalam Islam adalah
menyadari eksistensinya sebagai manusia mahluk ciptaan Allah yang harus
menjalankan fungsinya sebagai khalifah (pemimpin di muka bumi ini
dan mengelolanya ), sebagai Abdullah, yang punya kewajiban untuk
mengabdi dan beribadah kepada Sang Khaliq, menggunakan potensi yang
diberikan Allah berupa akal, hati, pendengaran dan penglihatan untuk
memahami tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Sadar akan
keadaannya untuk memfungsikan diri sesuai dengan fitrahnya. Menurut
Bastaman sekalipun manusia seakan-akan merupakan pusat hubungan-
hubungan (center of relatedness), tetapi dalam ajaran Islam pusat segalanya
bukanlah manusia, melainkan Sang Pencipta sendiri. Dengan demikian
landasan filsafat ajaran Islam bukan antroposentrisme, melainkan
Theosentrisme atau Allah-sentrisme.22 Gambaran manusia dengan
kehidupannya banyak sekali dalam Al Qur’an . 23 Menurut Musnamar
& Faqih manusia diciptakan Allah di dunia ini memiliki fungsi sebagai
berikut 24:
1. Sebagai mahluk Allah, yang secara kodrati merupakan mahluk
religius ( mengabdi kepada Allah / abdullah ).
2. Sebagai mahluk individu, yang memiliki kekhasan masing-masing,
memiliki potensi dan eksistensi sendiri. Dengan keunikan yang
dimilikinya, menjadikan setiap individu itu berbeda dengan yang lainnya,
sehingga manusia dituntut untuk memikirkan keadaan dirinya. ( Surah
Al Qomar, 54 : 49 ).
3. Sebagai mahluk sosial, yang memerlukan bantuan dan selalu
berhubungan dengan orang lain. Tidak mungkin manusia hidup sendiri
tanpa melibatkan pihak lain. Oleh karena itu, ia selalu memikirkan orang
lain. ( Surah Al Hujurat, 49 : 13 ).
4. Sebagai mahluk berbudaya, yang hidup di dalam dan mengelola
alam dunia ini dengan akal dan pikirannya untuk menciptakan
kebudayaan. Sebutan khalifah fil ardh sesuai untuk fungsi sebagai
pengelola alam dan memakmurkannya. Surah Al Fatir, 35 : 39 : “ Dialah
yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi ini”.
2. Kebebasan dan bertanggung jawab.
• Manusia diberi kebebasan, Surah Asy Syams, 91 : 8
• Manusia bertanggung jawab atas perbuatannya, Surah Al
Qiyamah, 75 : 13 – 15; Surah Al Mudatsir, 74 : 38; Surah Al Isra’, 17 : 36.
Manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri,
namun demikian ia tetap beranggung jawab atas pilihannya itu. Potensi
yang diberikan Allah kepada manusia diserahkan sepenuhnya
penggunaannya kepada manusia itu sendiri, konsekuensinya nanti harus
mempertanggung jawabkan akibat dari perbuatannya itu kepada manusia,
alam untuk saat ini dan di sini di dunia, dan kepada Sang Pencipta untuk
disana dan yang akan datang di akhirat.
3. Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang
bermakna dengan orang lain.
Ada beberapa ayat dalam Al Qur’an yang mengandung dimensi yang
ketiga, yaitu :
- Manusia adalah mahluk yang berkualitas, Ali Imron, 3 : 110
- Keseimbangan antara hablu minallah dan hablu minannas, Ali
Imron, 3 : 112
- Saling menolong dalam kebajikan dan menjauhi perbuatan yang
jelek, Al Maidah, 5 : 1 – 2
- Saling menasihati dan menaati kebenaran, serta berlaku sabar
dan adil, Al Ashr, 103 : 1 – 3
- Keseimbangan antara dunia dan akhirat, - Al Qashash, 28 : 77;
- Al Baqarah, 2 : 201
- Memelihara silaturrahim, An Nisa’, 4 : 1
Sekurang-kurangnya terdapat empat ragam relasi manusia yang
masing-masing memiliki kutub positif dan negatif, yaitu :
1. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri ( hablu minannas ) yang
ditandai oleh kesadaran untuk melakukan amal ma’ruf nahi munkar (
QS, Ali Imran, 3 : 110 ) atau sebaliknya mengumbar nafsu-nafsu rendah
( QS, Yasin, 36 : 6 ; QS, Al Jatsiyat, 45 : 23 ).
2. Hubungan antar manusia ( hablu minannas ) dengan usaha
membina silaturahmi ( QS, An Nisa’, 4 : 1 ) atau memutuskannya ( QS,
Yusuf, 12 : 100 ).
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar ( hablu minal alam )
yang ditandai upaya pelestarian alam dan pemanfaatan alam dengan
sebaik-baiknya ( QS, Hud, 11 : 6 ) atau sebaliknya menimbulkan
kerusakan alam ( QS, Ar Ruum, 30 : 41 ).
4. Hubungan manusia dengan Sang Pencipta ( hablu minallah )
dengan kewajiban ibadah kepadaNya ( QS, Adz Dzaariyat, 51 : 56 ) atau
menjadi ingkar dan syirik kepadaNya ( QS, An Nisa’, 4 : 48 ).
4. Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran:
Manusia diberi kekuatan batin dan keyakinan yang mantap, Al Anfal,
8 : 2 – 4
• Selalu berpikir positif (positifisme), Hadist riwayat Ibnu Asakir
Artinya : Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu
akan hidup abadi, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu
akan mati esok hari.
• Dilebihkan dari mahluk lain (Al-Isro’, 17 : 70)
• Dilengkapi dengan indra dan hati agar bersyukur (An-Nahl, 16:
78)
• Memiliki pandangan hidup yang lurus, Al Bayyinah, 98 : 5
Termasuk kesabaran kita dalam menghadapi masalah. Apakah kita
bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang sedang dicobakan Allah
kepada manusia. Kita harus yakin, bahwa Allah akan menguji hambaNya
dengan kesenangan, kesusahan, kecemaan, kepedihan, dan kematian.
Tergantung seberapa besar tingkat keimanan kita menerimanya. Kalau
manusia bisa menerima dan yakin bahwa dengan cobaan itu Allah akan
meninggikan derajat kita dengan tawakkal.
5. Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup;
Ingat Allah (Ar Ra’du, 13 : 28)
Perasaan cemas tarafnya bermacam-macam, mulai dari yang paling
ringan sampai yang paling berat. Mulai dari yang sifatnya normal/biasa
sampai kecemasan neurotik yang merupakan gejala gangguan kejiwaan.
Kecemasan yang paling sering melanda masyarakat dewasa ini menurut
Bastaman adalah kehampaan hidup ( existensial vacuum ) yang diakibatkan
karena orang yang bersangkutan tidak berhasil menemukan makna dalam
hidupnya. Mereka yang mengalami kehampaan ini biasanya berkeluh
kesah, bahwa mereka serba hampa, bosan, dan penuh keputusasaan.
Mereka juga kehilangan minat dan inisiatif serta merasakan bahwa
hidupnya tidak berarti. Terapi yang ditawarkan Islm dalam mengatasi
kecemasan ini adalah dengan dzikrullah untuk menghadirkan tumakninah,
yaitu perasaan tenang,dan tenteram yang mendalam sebagai anugerah
Allah. Akibat dari mengingat Allah ini adalah sebagai : Sarana komunikasi
untuk mendekatkan diri kepada Allah, Menjadi golongan yang unggul,
Allah menyediakan ampunan dan pahala yang banyak, Membentengi
diri dari segala siksa dan bencana, Menunda datangnya kiamat.25
Allah tidak membebani manusia kecuali sesuai kadar kemampuannya
(Al-Mu’minun, 23 : 62); (Al-Baqarah, 2 : 286) ; (Al An’am, 6 : 152)
Kita harus yakin, bahwa Allah tidak membebani manusia di luar
batas kemampuannya. Karena Dia sudah memperkirakan kemampuan
masing-masing orang tidak akan sama dalam menghadapi cobaan. Yang
perlu ditanamkan dalam diri kita, bahwa dibalik musibah/cobaan pasti
ada hikmahnya. Hanya saja kemampuan manusia sangat terbatas untuk
menangkap dan memahami apa yang ada dibalik suatu peristiwa. Hal ini
menuntut kesabaran kita dalam menghadapinya, termasuk kecemasan
yang diakibatkan karena ketidaksabaran kita menghadapi masalah.
6. Kesadaran akan Datangnya Maut serta Ketidakberadaan
Tiap yang berjiwa akan mati (Ali Imran , 3 : 185); (Al Baqarah, 2 :
156 ).
Mati adalah rahasia Allah. Manusia tidak tahu kapan dia akan mati,
tetapi wajib mempecayainya, bahwa maut pasti datang, karena itu
merupakan salah satu rukun iman, yaitu percaya akan adanya qodlo dan
qodar . Oleh karena itu, kita harus menyadari keberadaan kita di dunia
ini. Dari mana kita ada, untuk apa kita diciptakan dan ke mana setelah
kita mati. Semuanya dari dan untuk Allah. Kita berasal dari Allah, untuk
mengabdi dan beribadah kepadaNya.
Dalam konseling Islam, kita tidak bisa lepas dari konseling secara
umum. Untuk menerapkan konseling dalam Islam, mau tidak mau kita
harus mengacu kepada unsur-unsur konseling pada umumnya. Di awal
pembahasan, penulis mengacu kepada pendapat Corey, tentang unsur-
unsur yang ada dalam konseling, yaitu : pandangan tentang hakikat
manusia, pribadi sehat, pribadi tidak sehat, tujuan koseling, hubungan
terapis dengan klien, tehnik dan prosedur serta fungsi dan peran konselor.
Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya untuk memahami
tentang enam dimensi dasar positif dan kemungkinan penerapannya dalam
konseling Islam, penulis mengawalinya dengan menggunakan unsur-unsur
yang dikemukakan Corey tersebut.
1. Hakikat manusia menurut Islam adalah netral pasif dan aktif
sekaligus, yang hanya dibedakan dengan rentang waktu, karena faktor
usia balita dan dewasa. Manusia itu netral – pasif pada masa balita.
Karena pada masa ini potensi yang dimiliki oleh individu, dalam hal ini
anak belum berfungsi secara optimal, belum mandiri dan masih
bergantung kepada orang tua. Sehingga orang tuanyalah yang
bertanggung jawab atas perbuatan dan tingkah laku anaknya. Manusia
Teologia, Volume 19, Nomor 1, Januari 2008 13
Penerapan Enam Dimensi ...Oleh Maryatul Kibtyah
itu netral – aktif setelah usia akil baligh, karena pada masa ini, potensi
yang dimiliki oleh individu sudah berfungsi secara optimal, sudah bisa
menentukan baik-buruk, halal haram, sudah bisa mandiri, sehingga
individu itu sendirilah yang bertanggung jawab atas perbuatan dan tingkah
lakunya. Secara fitrah pula manusia beragama tauhid dan penerima
kebenaran juga diberi kebebasan untuk menentukan jalan ketakwaan
atau kefasikan, sudah terikat oleh perjanjian untuk mengakui Allah
sebagai Tuhannya, dibekali dengan potensi akal, pendengaran,
penglihatan dan hati serta petunjuk Ilahiyah, sehingga manusia
seharusnya bisa melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diberikan
Allah kepada dirinya, sebagai khalifah , yaitu orang yang melaksanakan
apa yang telah dilaksanaan oleh generasi sebelumnya, sekaligus sebagai
Abdullah, yaitu penyembah Allah.
2. Pribadi sehat menurut Islam berfungsinya iman sebagai penentu
dalam kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini berarti berpikir,
bertindak dan berbuat sesuai dengan fitrahnya yang mengarah pada
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.. Pribadi sehat akan
mengarahkan manusia kepada mental yang sehat pula. Meliputi mencintai
Allah, bertaqwa, mengakui kesalahan, beramar ma’ruf nahi munkar,
memelihara hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia,
berpandangan hidup lurus, saling menolong dalam kebaikan dan melarang
berbuat dosa, batinnya kuat, berlaku sabar dan adil, bernasihat tentang
kebenaran, selalu mengingat Allah, menjaga keseimbangan dunia
akhirat, selalu berpikir positif, dan menjaga silaturrahim.
3. Pribadi tidak sehat menurut Islam adalah iman tidak dapat
berfungsi penuh sebagai penentu/pengendali dalam kognitif, afektif dan
psikomotorik. Pribadi tidak sehat ini dalam Al Qur’an termasuk golongan
hamba yang tidak mendapat petunjuk dan tidak dicintai Allah. Mereka
itu sesat karena tidak mau menggunakan akalnya. Hal ini berarti manusia
tidak memanfaatkan potensi yang diberikan Allah, melupakan Allah,
dzalim, kafir, musyrik, syirik, munafiq, selalu mengikuti hawa nafsu, dan
selalu berbuat kerusakan.
4.Tujuan Konseling menurut Islam pemberdayaan iman, atau lebih
tepatnya penulis sebut mengembalikan manusia sesuai dengan fitrahnya
yaitu beragama tauhid dan penerima kebenaran, terikat pejanjian dengan
Allah dan mengakui bahwa Allah itu Tuhannya, dibekali dengan potensi
akal, pendengaran, penglihatan, hati, dan petunjuk Ilahiyah, sebagai
khalifah atau pemegang amanat untuk tugas keagamaan, dan sebagai
Abdullah (pengabdi), bertanggung jawab atas pebuatannya, serta diberi
kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya sesuai dengan fitrahnya.
5. Hubungan Terapis Dengan Klien
Hubungan yang terjadi dalam konseling Islam antara klien dan terapis
adalah uswah khasanah (teladan yang baik). Seperti yang tejadi pada
waktu nabi SAW berkumpul dalam satu majelis untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh umatnya. Selain itu juga sebagai
penyempurna ahlak. Hubungan yang terjadi dalam konseling Islam adalah
keteladanan dari konselor terhadap kliennya. Terlebih dahulu konselor
harus memahami diri mereka sediri sebelum memahami dunia klien, agar
dalam proses konseling tidak terjadi salah persepsi atau salah paham
terhadap permasalahan yang diajukan klien.
6.Tehnik dan Metode
Tehnik yang bisa digunakan oleh konselor muslim dalam proses
konseling juga tidak jauh berbeda ketika Nabi SAW melaksanakan
dakwah, yaitu bil hikmah, mauidloh khasanah dan mujadalah. Sedangkan
metode yang digunakan juga tetap mengacu pada hadist : Barang siapa
melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka rubahlah dengan lisanmu, jika tidak mampu maka rubahlah
dengan hatimu. Itulah selemah-lemahnya iman.
7. Peran dan Fungsi konselor
Konselor dalam konseling Islam bisa berperan sebagai guru, mitra/
sahabat untuk bertukar pikiran, orang tua dan model. Sehingga sesuai
dengan tujuan konseling, yaitu mengembalikan fungsi iman sebagai
penentu dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, syarat sebagai konselor muslim harus dipenuhi, yaitu
selain menguasai dan memahami tehnik dan pendekatan konseling secara
umum, juga harus memahami tentang Islam itu sendiri.
Analisis konseling menurut Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadist
dengan teori Eksistensial Humanistik, setelah penulis bandingkan,
ternyata terdapat perbedaan, terutama dalam memandang manusia.
Orientasi keberadaan manusia adalah dunia akhirat, yaitu untuk di sini
dan di sana, yang sudah berlalu, sekarang dan yang akan datang.
Pandangan Islam tentang manusia adalah fitrah yaitu suci dan beriman.
Punya potensi akal, penglihatan, pendengaran dan hati untuk bisa
menentukan jalan hidupnya, bertanggung jawab atas jalan yang dipilihnya
itu, selalu berpikir positif dalam setiap gerak langkahnya , bahwa hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari
pada hari ini. Adanya keterkaitan dalam setiap tahap kehidupannya,
antara masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Manusia tidak boleh terbelenggu oleh masa lalu yang suram, demikan
juga tidak boleh terpaku dan silau oleh keberhasilan yang ada
dihadapannya. Semua yang ada di dunia ini adalah ujian sekaligus
amanat yang harus dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Oleh karena
itu manusia harus bisa mengendalikan diri, ihtiar dan tawakkal kepada
Allah, itulah kunci iman.
Dalam Eksistensial Humanistik adalah pribadi itu sendiri yang
menentukan perilaku seseorang. Menurut Islam, karena sudah dibekali
dengan potensi akal, pendengaran, penglihatan dan hati, maka tergantung
manusia itu sendiri, mampu atau tidak dalam memanfaatkan potensi yang
sudah diberikan Allah kepadanya untuk melihat dan mendengar tanda-
tanda kekuasaan Nya. Perilaku manusia disatu pihak ditentukan oleh
manusia itu sendiri, karena secara fitrah sudah dibekali Allah sejak
lahir yaitu berupa bakat, di pihak lain adalah karena adanya campur
tangan dari pihak lain, yaitu lingkungan dan masih ada satu unsur lagi
sebagai pengendali dan penentu perilaku manusia adalah adanya unsur
iman. Jadi dapat penulis simpulkan di sini perilaku manusia menurut
Islam terjadi karena bakat, pengaruh lingkungan dan iman, termasuk di
dalamnya adanya campur tangan pihak lain, yaitu Allah.
Menurut penulis, prinsip Eksistensial Humanistik yang selalu ingin
mengaktualisasikan dirinya yang tidak terbatas seperti ini adalah bagus
dan berorientasi pada berpikir positif. Namun teori ini seakan lupa kepada
siapa yang menciptakan manusia, untuk apa dia diciptakan. Sebenarnya
pandangan teori ini tentang hakikat manusia adalah hampir sama dengan
pandangan Islam, atau kalau boleh penulis katakan Islam lebih condong
kepada Eksistensial Humanistik. Tetapi ada satu hal yang prinsip dalam
Islam, namun tidak diakui oleh teori ini yaitu peran Tuhan sebagai
pencipta, pemberi dan penentu kehidupan, dan ini adalah paling penting
dalam keimanan.
Penutup
Dari paparan dan deskripsi tersebut ditemukan tentang kemungkinan
penerapan dan relevansi enam dimensi dasar positif dari teori Eksistensial
Humanistik dalam konseling Islam, bahwa pada dasarnya di dalam ajaran
Islam yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist sudah memuat
keseluruhan isi dari enam dimensi dasar positif tadi. Hal ini dapat dilihat
paparan tersebut di atas tentang ayat-ayat yang bersinggungan dan
berhubungan dengan konseling, khususnya yang memuat tentang enam
dimensi dasar positif. Oleh karena itu kalau kita kaji lebih mendalam
tentang enam dimensi dasar positif tersebut ternyata saling berhubungan
antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Muatan yang
terkandung dalam enam dimensi dasar positif bisa dikatakan sesuai dan
bisa diterapkan dalam konseling Islam. Dengan catatan apa yang
terkandung di dalamnya hanya sebagian kecil dari ajaran Islam, karena
secara khusus pula juga tidak menjelaskan akan adanya akhirat, pahala
dan dosa, surga dan neraka, keimanan, ketakwaan, apa lagi pengakuan
akan keberadaan Tuhan. Jelas, orientasinya masih bersifat keduniaan
semata. Meskipun demikian, tidak ada salahnya kita menerapkan enam
dimensi dasar positif tersebut ke dalam konseling Islam. Tentu saja muatan
yang dipakai/diterapkan adalah materi dari Al Qur’an dan Hadist,
sehingga diharapkan muncul formulasi baru dari enam dimensi dasar
positif yang berwawasan Islam.[]
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ancok, Djamaluddin & Nashori Fuad Suroso, Psikologi Islam, Solusi Islam
Atas Problem-problem Psikolog, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi Dengan Islam Menuju
Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995
Bishop, D. Russell, “Religious Values As Cross-Cultural Issues In
Counseling”, Counseling And Values. Vol : 36. 1992.
Collin, R. Gary, “Jenis / Bentuk Konseling”, http;//www.sabda org./
Publikasi/ e.konsel/034/ ( 6 April 2004).
Corey, Gerald, Theory And Practice of Counseling And Psychotherapy, 5rd
ed, 6rd ed., Brooks/Cole: Publising Company, 2000.
—————, Theory And Practice of Counseling And Psychotherapy, edisi
4. terj. Mulyarto, Semarang: IKIP Semarang Press, 1996.
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1982.
—————, Membina Nilai-Nilai Moral Di Indonesia, Jakarta: Bulan
Bintang, 1976
Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah al-Qur’an, Al Qur’an dan
Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1989.
Faqih, AR., Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Press,
2001.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2001
Hadhiri, Choiruddin SP., Klasifikasi Kandungan Al Qur’an, Jakarta: Gema
Insani Press, 1993.
Hawari, Dadang, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1999.
Ivey, Allen E & Downing, LS., Counseling And Psychotherapy, Skill, Theories
and Practice, Hall in the USA, 1980.
Langgulung, Hasan, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al
Husna, 1986.
Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, Malang: UM Press, 2001.
Teologia, Volume 19, Nomor 1, Januari 2008 19
Penerapan Enam Dimensi ...Oleh Maryatul Kibtyah
Musnamar, Thohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling
Islami, Yogyakarta: UII Press, 1992.
M. Th. Herlianto, “Humanisme Dan Gerakan Zaman Baru”, http;//
www.geocities.com/reformed/artikel/apokrip.htm. Diakses 6 April
2004.
Powell, Stanard, Rebecca; Daya Singh Sandhu & Linda C Painter,
“Assessment Of Spirituality In Counseling”, Journal Of Counseling
& Developmental, vol. 78, tahun 2000.
Rosjidan, “Konseling Bercorak Psikokultural”, Makalah disajikan dalam
Pelatihan Sertifikasi Tes bagi Konselor, Universitas Negeri Malang,
28 Juni – 13 Agustus, 2008.
Shertzer / Stone, Fundamentals Of Counseling, third ed., Boston: Houghton
Mifflin Company,1980.
Zinnbauer, J. Brian & Pargament, I, Kenneth, “Working with The Sacred:
Four Approache To Religious And Sprirtual Issues In Counseling”,
Journal Of Counseling & Developmental, vol. 78, tahun 2000.
http://chibyelhasanah.blogspot.com/2010/02/penerapan-enam-dimensi-dasar-positif.html?zx=612872385f133a0e

3/11/2010

Ciri-Ciri Orang Yang Mencintai Kita Dengan Tulus

Bagai mana kita tau orang yang mencintai kita itu sungguh-sungguh, serius, tulus, ikhlas dsb. ne ada 21 ciri-cirinya:
1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia
mencintai kamu, yang ia tahu dimatanya hanya ada kamu satu²nya.
2. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya,dimatanya kamu
selalu yang tercantik/tertampan walaupun mungkin kamu merasa berat badan
kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan.
3. Orang yang mencintai kamu selau ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui
sepanjang hari ini, ia ingin tau kegiatan kamu.
4. Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan sms seperti “slmt pagi”"slmt hr
mggu” “slmt tidur”, walaupun kamu tidak membalas pesannya
5. Kalau kamu berulang tahun dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan
telpon untuk mengucapkan selamat atau mengirim sms.
6. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia
lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa
setiap detailnya, karena saat itu adalah sesuatu yang berharga untuknya.
7. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata2 yang kamu ucapkan
bahkan mungkin kata2 yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.
8. Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan
mungkin meminjam CD/kaset kamu,karena ia ingin tau kesukaanmu, kesukaanmu
kesukaannya juga.
9. Kalau terakhir kali ketemu, kamu sedang sakit flu, terkilir, atau sakit
gigi, beberapa hari kemudian ia akan mengirim sms atau menelponmu dan
menanyakan keadaanmu.. karena ia mengkhawatirkanmu.
10. Kalau kamu bilang akan menghadapi ujian ia akan menanyakan kapan ujian itu
dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms “good luck” atau menelponmu
untuk menyemangati kamu.
11. Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin
buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tapi itu ialah suatu barang yang
istimewa buat dia.
12. Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat,saat sedang berbicara ditelpon
dengan kamu, sehingga kamu menjadi binggung saat itu dia merasa sangat gugup
karena kamu telah mengguncang dunianya.
13. Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada didekatmu dan ingin
menghabiskan hari2nya denganmu.
14. Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan
memberikan nasehat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa
pengaruh buruk bagimu.
15. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti
seorang kekasih.
16. Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal2 yang konyol spt menelponmu
100x dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam karena ia mengirim sms
atau menelponmu. karena saat itu ia sedang memikirkan kamu.
17. Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yang
membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu
terganggu ia akan minta maaf dan tak kan melakukannya lagi.
18. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu
dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!
19. Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sbgn besar
“INBOX”nya.Ya ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah
kamu kirim sejak berbulan2 bahkan bertahun2 yang lalu.
20. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan
menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh
hatinya. Karena yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu.
21. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan
ada disana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya…………ia
selalu menunggumu.

3/10/2010

makalah keperawatan anak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,1971) .penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir(james,1959).Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

1.2.TUJUAN INSTRUKSIONAL
1.2.1 UMUM : Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.

1.2.2 KHUSUS : Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
• Mengetahui definisi Asfiksia
• Mengetahui etiologi Asfiksia
• Mengetahui manifestasi klinis Asfiksia
• Mengetahui komplikasi Asfiksia
• Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
• Mengetahui tentang patofisiologi dan Problem tree dari Asfiksia
• Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia


1.3.RUMUSAN MASALAH
• Apa definisi Asfiksia ?
• Apa etiologi Asfiksia ?
• Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
• Apa komplikasi Asfiksia ?
• Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
• Bagaimana patofisiologi dan Problem tree Asfiksia ?
• Bagaimana melakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan Asfiksia ?








BAB II
KONSEP TEORI



2.1 DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan yang disebabkan oleh karena otak mengalami hipoksemia dan hiperkarbia,selanjutnya dapat menyebabkan oedema otak dan bermacam-macam gangguan sirkulasi,secara klinis ditandai dengan skor Apgar rendah dan asidosis.(Taslim S,Neurologi Anak)
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonaturium adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan factor-faktor yang timbul dalam kehamilan,persalinan atau segera setelah bayi lahir.(Hanifa Wiknjosastro,Ilmu kebidanan)
2.2 ETIOLOGI
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin.Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.

Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.

Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/
analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.

Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa bayi terdiri dari :

1.Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.

2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.

3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.

4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.



2.3 KLASIFIKASI
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:

1. Vigorous Baby�
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

2. Mild Moderate asphyksia /asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,



2.4 MANIFESTASI KLINIK

1.Hipoksia
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat '
- sianosis
- penurunan terhadap stimulus.
2. RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3. Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4. Bradikardia
5. Tonus otot berkurang
6. Warna kulit sianotik/pucat
7.pernafasan
pernafasannya pendek-pendek tetapi cepat, susah bernafas dan akhirnya terhenti
bahagian bibir, jari-jari, muka dan telinga menjadi kebiru-biruan.
kebanyakannya menyebabkan tidak sedarkan diri.
2.5 . PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Tindakan Umum
- Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.
- Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
- Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
- Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
- Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastika saluran nafas terbuka :
• Meletakan bayi dalam posisi yang benar
• Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
• Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2. Memulai pernapasan :
• Lakukan rangsangan taktil
• Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a.Pengawasan suhu
b.Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan

2. Tindakan khusus
a.Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b.Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat. =
Resusitasi bayi baru lahir
1.termoregulasi: hangatkan bayi
2.posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3.isap lendir dari mulut kemudian hidung
4.keringkan bayi sambil merangsang taktil (gosok punggung, sentil ujung jari kaki)
5.reposisi kepala bayi
6.nilai bayi:usaha,warna,denyut jantung
7.jika bayi tidak bernafas,lakukan ventilasi tekanan positif(VTP) selama 30detik 40-60x/menit
8.nilai bayi
9.bila belum bernafas dan denyut jantung <60x/menit, lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30detik
10.nilai bayi
11.jika denyut jantung <60x/menit, berikan epinefrin, dan lanjutkan VTP+kompresi dada
12.jika denyut jantung >60x/menit, kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan
13.pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
2.7 PATOFISIOLOGI

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.


PNP


































ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Biodata
• Sering terjadi pada bayi baru lahir
• Sering terjadi pada ibu hamil dan kelainan kehamila
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya kelainan pada kehamilan yang dulu seperti Hipertensi,Premature,Keracunan obat bius,Anemia berat
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien lemah,sesak nafas terdapat pernafasan cuping hidung,reflek hisap lemah,terdapat sekret tangis bayi merintih
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan kronis,seperti TBC,Kusta,Asma,DM
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Riwayat pertumbuhan => terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada usia 0-1 tahun
f. Riwayat nutrisi
Pemberian asi untuk pertumbuhan frekuensinya kurang sedikit dari bayi yang lahir normal
g. Eliminasi
Intake makanan mungkin terhambat,warna urine kuning jernih,warna feses mekonium dengan konsistensi cair
h. Pemeriksaan fisik
1.sistem pernafasan
• Apgar skor rendah < 6
• Pernafasan dangkal,tidak teratur,takipnea RR<60 x /menit
• Mengorok,pernafasan cuping hidung,retraksi suplasternal/substernal,sianosis
• tidak bayi bernafas/nafas megap2 [<30x]
2.sistem kardiovaskuler
• nadi optimal,mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal(120 – 160 x/menit)
• denyut jantung <100
3.sistem integument
• adanya sianosis/pucat => indikasi kegawatan hypoksia
• pitting oedem pada tangan dan kaki
4.sistem pencernaan
• reflek lemah
• latergi
• kapasitas lambung kecil
5.sistem muskoloskeletas
• tonus otot menurun
• reflek lemah oedem,tidak ada garis elapak kaki pada sebagian/semua telapak
i. pemeriksaan penunjang
-PaO2 <50mmHg –>hipoksemia
-PaCO2 >55mmHg –>hiperkarbia
-pH <7,30 –>asidos
j. pemeriksaan diagnostic
1. Analisa Gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan oksigan b/d immaturitas organ pernafasan
2. Resiko tinggi terhadap hipotermi b/d sistem thermoregulasi yang belum matur
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reflek hisap lemah
4. Antisipasi berduka b/d kelahiran bayi berisiko tinggi yang di perkirakan,prognosis kematian atau kematian bayi

3. INTERVENSI

a. Gangguan pemenuhan oksigen b/d immaturitas organ pernafasan
TUJUAN :
• Dalam waktu singkat BBLR dapat menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang cukup baik dalam bernafas

KRITERIA HASIL :
• Sianosis (-)
• Suara nafas tidak ada(mengorok,ronkhi)
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Hisap pada daerah hidung dan orofaring dengan hati-hati sesuai kebutuhan
(5-10 detik) Penghisapan dapat merangsang nesovagus menyebabkan bradikardia,hipoksemia atau bronkospasme.
2. Tingkatkan istirahat,minimalkan rangsangan dan pengeluaran energy Menurunkan laju metabolic dan konsumsi oksigen.
3. Berikan terapi oksigen 2-3 liter/menit Mempermudah pertukaran oksigen

b. Resiko tinggi terhadap hipotermi b/d sistem thermoregulasi yang belum matur
TUJUAN :
• BBLR tidak mengalami hipotermi

KRITERIA HASIL :
• Suhu tubuh dalam batas normal(36,5-37°c)
• Bebas dari tanda-tanda stress dingin
NO INTERFENSI RASIONAL
1. Observasi suhu tubuh bayi Hipotermi membuat bayi cenderung pada stress dingin
2. Tempatkan bayi pada penghangat(inkubator) Mempertahankan suhu lingkungan agar bayi tidak merasa dingin
3. Pertahankan kelembapan relative 50-80% Mencegah evaporasi berlebihan,menurunkan kehilangan cairan tidak kasat mata

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reflek hisap lemah
TUJUAN :
• BBL mendapat nutrisi yang cukup untuk mensupport pertumbuhan dan pemulihan

KRITERIA HASIL :
• BB normal > 2500 gr
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji maturitas reflek berlebihan dengan pemberian makan,misalnya: menghisap,menelan dan batuk Menentukan metode pemberian makan dengan tepat untuk bayi
2. Auskultasi terhadap adanya bising usus,kaji status fisik dan status pernafasan Pemberian makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.

d. Antisipasi berduka b/d kelahiran bayi berisiko tinggi yang di perkirakan,prognosis kematian atau kematian bayi
TUJUAN :
• Keluarga dapat mengatasi psikisnya mengenai kemungkinan adanya kematian

KRITERIA HASIL :
• Keluarga mengakui kemungkinan kematian anak dan menunjukkan prilaku berduka yang sehat
• Keluarga mendiskusikan kenyataan kematian dan menunjukkan sikap realisistis
• Keluarga mendapatkan dukungan emosi dan fisik yang adekuat
• Keluarga berduka atas kematian bayi dengan tepat
• Keluarga menunjukkan prilaku berduka (dipengaruhi budaya dan sosial)yang tepat

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menggendong bayi mereka sebelum kematian dan, bila mungkin,ada ditempat pada saat kematian terjadi Mengatasi seminimal mungkin perasaan berduka akan adanya kematian
2. Atur atau lakukan ritual agama untuk bayi Ritual agama pada bayi yang akan/sudah meninggal dapat menentukan hati keluarganya
3. Biarkan tubuh bayi tetap di tempatnya untuk beberapa jam Member kesempatan pada anggota keluarga yang ragu-ragu untuk melihat kematian bayi bila mereka berubah pikiran
4. Berikan foto yang diambil sebelumdan setelah kematian bayi pada keluarga Menunjukkan bahwa keberadaan bayi adalah sesuatu yang nyata
5. Informasiakan keluarga tentang semua pilihan yang tersedia berhubungan dengan pemakaman
Mereka dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang dapat mengenai kematian



4. IMPLEMENTASI

a. Gangguan pemenuhan oksigen b/d immaturitas organ pernafasan
• menghiisap pada daerah hidungdan orofaring dengan hati-hatisesuai kebutuhan
(5-10 detik)
• meningkatkan istirahat,minimalkan rangsangan dan pengeluaran energy
• memberikan terapi oksigen 2-3 liter/menit

b. Resiko tinggi terhadap hipotermi b/d sistem thermoregulasi yang belum matur
• mengobservasi suhu tubuh bayi
• menempatkan bayi pad penghangat (incubator)
• mempertahankan kelembapan relative 50-80%

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reflek hisap lemah
• mengkaji maturitas reflek berlebihan dengan pemberian makan,misalnya menghisap,menelan dan batuk
• melakukan auskultasi terhadap adanya bising usus,kaji status fisik dan status pernapasan
d. Antisipasi berduka b/d kelahiran bayi berisiko tinggi yang di perkirakan,prognosis
kematian atau kematian bayi
• memberi kesempatan pada keluarga untuk menggendong bayi mereka sebelum kematian dan,bila mungkin,ada ditempat pada saat kematian terjadi
• mengatur atau melakukan ritual agama untuk bayi
• membiarkan tubuh bayi tetap ditempatnya untuk beberapa jam
• membiarkan foto yang diambil sebelum dan setelah kematian bayi pada keluarga
• menginformasikan keluarga tentang semua pilihan yang tersedia


5. EVALUASI

1.Kebutuhan oksigen terpenuhi
2.Hipotermi teratasi dan bebas dari tanda-tanda stress dingin
3.Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir terpenuhi
4.Keluarga berduka atas kematian bayi dengan tepat







BAB III

PENUTUP


A.KESIMPULAN

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari etiologinya,asfiksia neonatorum bisa berasal dari banyak factor,diantaranya:
1.Faktor ibu: hipoksia ibu,gangguan aliran darah uterus
2.Faktor plasenta: gangguan mendadak pada plasenta
3.Faktor fetus: kompresi umbilicus
4.Faktor neonates: depresi pusat pernapasan bayi baru lahir
Sedangkan berdasarkn klasifikasinya,asfiksia neonatorum dibagi:
1.Vigorous Baby
2.Mild Moderate asphyksia / asphyksia sedang
3.Asphyksia berat
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

B.SARAN

Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia neonatorum,diharapkan pembaca bias mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.






















REFERENSI



Carpenito,LJ.1999.Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif.Jakarta:EGC.
Cecily L.Betz & Linda A. Sowden.2001.Buku saku Keperawatan Pediatri.Jakarta:EGC.
Doengus,Marilyn.E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Kamarullah, munir. Asfiksia neonatorum.http ://pjmpkt.tripod.com: 8 april 2008
Lin, alan. 2008. Asfiksia pada anak. http ://medlinuy blogspot.com: 8 april 2008.
Mansjoer,Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapius FKUI.
Prihartini, suryani.2008.kegawatan asfiksia.http ://khariskharis wordpress.com: 17 april 2008
Soetomargolo Taslim S.1999.Neurologi Anak.Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak .Jakarta:FKUI.
Wiknjosastro Prof dr.Hanifa SpOG.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wong,Donna L .2003.Pedoman Klinis Perawatan Pediatric.Edisi 4.Jakarta:EGC
Yulianto. 2008. Asfiksia. http ://perawatmalut.tblong.com : 17 april 2008.

Peran dan Fungsi Bidan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.
Sebagai seorang bidan janganlah memilih-milih klien miskin atau kaya karena tugas seorang bidan adalah membantu ibu, bukan mengejar materi. Pasien wajib memberikan hak kepada ibu bidan yang telah menolong persalinan ibu melahirkan.
Di makalah ini kami akan membahas tentang peran dan dan fungsi bidan yang mana dalam pelaksanaan profesinya, bidan memiliki banyak tugas serta peran-perannya.
B. Tujuan
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan kepada mahasiswa kebidanan yang nantinya harus dimengerti dan dilakukan sebagai peran dan fungsi bidan. Kita berharap sebagai seorang bidan patuhilah tugas-tugas sebagai peran bidan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Fungsi Bidan
1. Peran Bidan
Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai berikut.
a. Pelaksanaan Asuhan dan Pelayanan kebidanan
Bidan dapat bekerja mandiri melakukan pelayanan kebidanan primer sesuai dengan wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan. Disamping itu perannyaa didalam pelayanan kolaboratif sebagai mitra dalam pelayanan medis terhadap ibu, bayi dan anak dan sebagai anggota tim kesehatan dalam pelayanan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan / masaalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat). Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan kesehatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganyadengan menumbuhkan rasa percaya diri. Pelaksanaan kebidanan merupakan baguan integral dan pelayanan kesehatan, yang difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir dan balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia Sumber Daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa depan.
Sebagai pelaksanaan, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan.
B. Peran Sebagai Pengelola
Bidan memimpin mengkoordinasi pelayanan kebidanan sesuai dengan wwewenangnya didalam tim, unit pelayanan RS, Puskesmas, klinik bersalin, praktek bidan, dan pokok bersalin.
C. Peran Sebagai Pendidik
Peran Dan Fungsi Bidan
A. PERAN BIDAN
Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
Peran Sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
Tugas mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:
1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup:
• Mengkaji status keseharan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
• Menentukan diagnosis.
• Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
• Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
• Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
• Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.
• Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan.
2. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan mereka sebagai klien, mencakup:
• Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.
• Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
• Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
• Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
• Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
• Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
• Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
3. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal, mencakup:
• Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.
• Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien.
• Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
• Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
• Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.
• Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.
• Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
• Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
4. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
• Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
• Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
• Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
• Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
• Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
• Membuat rencana dndakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioritas.
• Membuat asuhan kebidanan.
5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup:
• Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.
• Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
• Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.
• Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
• Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
• Membuat rencana tindak lanjut.
• Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan
6. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup:
• Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas.
• Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
• Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
• Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
• Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
• Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup:
• Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur).
• Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
• Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
• Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
• Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
• Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
• Membuat pencatatan dan laporan.
8. Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup:
• Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
• Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan.
• Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.
• Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
• Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
• Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
• Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
9. Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
• Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita.
• Menentukan diagnosis dan prioritas masalah.
• Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
• Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
• Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
• Membuat rencana tindak lanjut.
• Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.
Tugas kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan dndakan kolaborasi.
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi serta berkerjasama dengan klien.
Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien, mencakup:
1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.
4. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
7. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang serta kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:
1. Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas lapangan keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain.
4. Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.
Peran Sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing leader.
Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup:
1. Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien.
2. Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien.
3. Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai de¬ngan rencana yang telah disusun.
4. Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait, termasuk klien.
5. Mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan bersama klien dan menggunakannya untuk memperbaiki serta meningkatkan pro¬gram di masa yang akan datang.
6. Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara lengkap serta sistematis.
Melatih dan membimbing leader
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:
1. Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik.
2. Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
3. Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
4. Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
5. Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya.
6. Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.
7. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
8. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pela¬tihan serta bimbingan secara sistematis dan lengkap.
Peran Sebagai Peneliti/lnvertigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:
1. Mengidentiflkasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
2. Menyusun rencana kerja pelatihan.
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
FUNGSI BIDAN
Berdasarkan peran bidan sepeni yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai berikut.
Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah.
8. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pekyanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium inter¬nal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan.
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melacih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat.
4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
B. PRAKTEK PROFESIONAL BIDAN
• Definisi praktek kebidan
Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan/asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
• Landasan hukum praktek kebidanan
Kep.Menkes.No.900/Menkes/VII/2003
• Ruang lingkup praktek kebidanan
- Pelayanan kebidanan
- Pelayanan KB
- Pelayanan kesehatan masyarakat
• Cakupan praktek profesional bidan
Praktek Ante Partum
Masa ante partum dimulai sejak hari pertama haid terakhir sampai dimulainya persalinan
Asuhan ditujukan pada ibu dan bayinya sebagai suatu kesatuan dalam konteks keluarga dan mengidentifikasikan secara dini scita pencegahan masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial yang berhubungan dengan kehamilan
Tujuan asuhan ante partum adalah untuk mengevaluasi status kehamilan ibu khususnya untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janinnya, mengidentifikasi faktor dan merencanakan intervensi sedini mungkin
Kegiatan tersebut adalah untuk pengkajian awal dan pengkajian periode ibu hamil dan janinnya, baik normal maupun dengan resiko tinggi melalui pendidikan kesehatan
Praktek Intra Partum
Masa persalinan dimulai dengan adanya kontraksi uterus dan pembukaan serviks yang aktif dan berakhir dengan kelahiran janin, placenta dan selaput janin
Manajemen asuhan ditujukan untuk:
- Meningkatkan asuhan intra partum dengan pendekatan pemecahan masalah
- Memamapkan dukungan emosional dan sosial yang memuaskan klien dan keluarga
- Memberikan pengalaman bersalin yang aman pada ibu, janin dan keluarganya
Praktek Post Partum
Masa post partum dimulai setelah 2 jam placenta lahir sampai 40 hari (6 mgg)
Mengkaji kesehatan ibu
- Pengkajian umum
- Pengkajian perawatan diri
- Pengkajian persiapan klien dalan perannya sebagai orang tua
- Menentukan diagnosa sesuai dengan hasil pengkajian
- Menyusun intervensi berdasarkan diagnosa bersama dengan anggota keluarga
- Melakukan intervensi berdasarkan diagnosa dan rencana telah disusun
- Mengadakan evaluasi/tindak lanjut serta mendokumentasikan langkah kegiatan yang telah dilaksanakan
Asuhan yang paling pertama ditujukan untuk membantu bayi baru lahir dan keluarga dalam masa penyesuaian kehidupan diluar kandungan mempercepat jalinan psikologis dengan keluarga
Praktek Bayi dan Balita
- Mengkaji status kesehatan bayi/balita
- Menentukan diagnosa berdasarkan hasil pengkajian
- Merencanakan pelaksanaan asuhan berdasarkan diagnosa sesuai prioritas
- Melaksanakan intervensi sesuai dengan rencana
- Mengevaluasi/tindak lanjut dan mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Praktek Keluarga Berencana
- Mengkaji status kesehatan klien untuk mendapatkan pelayanan KB
- Menentukan diagnosa kebidanan sesuai dengan hasil pengkajian
- Merencanakan pelaksanaan asuhan berdasarkan diagnose
- Melaksanakan intervensi sesuai dengan rencana
- Mengevaluasi/tindak lanjut dan mendokumentasikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan angka-angka kematian ibu, angka kematian bayi meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat baik dalam hal memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga kebidanan diruang lingkup kesehatan dan KB, serta memberikan bimbingan para mahasiswa bidan, dukun, kader desa didalam bidang pelayanan kebidanan.
B. Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.

MAKALAH PENGKAJIAN EMOSIONAL

MAKALAH
PENGKAJIAN EMOSIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah ASKEB 1 ( KEHAMILAN )


OLEH :



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASKEB 1 ( KEHAMILAN ), Dalam kesempatan ini kami akan mambahas bab yang berjudul Pengkajian Emosional. yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


Penulis





DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................... 1
1. Latar Belakang.............. 1
2. Sasaran Masalah............. 1
3. Tujuan...................... 1
BAB II RUMUSAN MASALAH.............. 2
1. Konsep Dasar Emosi.......... 2
A. Definisi Emosi.............. 3
B. Penggolongan Emosi.......... 3
C. Pertumbuhan Emosi........... 4
2. Teori Emosi James-Lange..... 5
BAB III KESIMPULAN.................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam baru menangis dan meronta. Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai / perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu. disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam). Dengan begitu diperlukan pembahasan mengenai teori-teori emosi yang dapat mendukung dalam pengkajian tentang konsep emosi itu sendiri dari berbagai sudut pandang para tokoh dan ilmuwan, salah satunya teori emosi yang di kemukakan oleh James-Lange pada makalah ini.
2. Sasaran Masalah
Sasaran dari penyusunan makalah ini adalah praktisi pendidikan khususnya bagi praktisi pendidikan luar biasa.
3. Tujuan
Sedangkan tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain : • Mengetahui teori emosi yang dikemukakan oleh James-Lange • Berusaha mengupas dan membuka wawasan mengenai konsep emosi yang berkaitan dengan pendidikan. • Memenuhi salah satu tugas mata kuliah hambatan Emosi.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Emosi
A. Definisi emosi
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114). Sedangkan menurut Crow & crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah “An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.” Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam). Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri – ciri sebagai berikut : • Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir. • Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ). • Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera. Mengenai ciri – ciri emosi ini dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi pada orang dewasa sebagai berikut :
Emosi Anak :
1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba - tiba
2. Terlihat lebih hebat dan kuat
3. Bersifat sementara / dangkal
4. Lebih sering terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
Emosi orang dewasa
1. Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan lambat
2. Tidak terlihat hebat / kuat
3. Bersifat Lebih
4. Jarang terjadi
5. Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya
B. Penggolongan Emosi
Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal yang berikut ini:
1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sa¬ngat takut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah
2. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keada¬an emosinya sendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, "marah" adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan.
4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
C. Pertumbuhan Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti oleh orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klineberg pada tahun 1938 menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi itu antara lain :
1. Menjulurkan lidah kalau keheranan.
2. Bertepuk tangan kalau kuatir.
3. Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi adalah obyek - obyek dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah ditakut-takuti di tempat gelap, tidak akan takut pada tempat gelap. Warna efektif pada seseorang mempengaruhi pula pandangan orang tersebut terhadap obyek atau situasi di sekelilingnya. Ia dapat suka atau tidak menyukai sesuatu, misalnya ia suka kopi, tetapi tidak suka teh. Ini disebut preferensi dan merupakan bentuk yang paling ringan daripada pengaruh emosi terhadap pandangan seseorang mengenai situasi atau obyek di lingkungannya. Dalam bentuknya yang lebih lanjut, preferensi dapat menjadi sikap, yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap pada seseorang, setelah beberapa waktu, dapat menetap dan sukar untuk diubah lagi, dan menjadi prasangka. Prasangka ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku, karena ia akan mewarnai tiap-tiap perbuatan yang berhubungan dengan sesuatu hal, sebelum hal itu sendiri muncul di hadapan orang yang bersangkutan. Sikap yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya. Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :
a. memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ).
c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati e.suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Jenis Emosi Perubahan Fisik :
1. Terpesona maka Reaksi elektris pada kulit
2. Marah maka peredaran darah bertambah cepat
3. Terkejut maka denyut jantung bertambah cepat
4. Kecewa maka bernapas panjang
5. Sakit / Marah maka pupil mata membesar
6. Takut / Tegang maka air liur mengering
7. Takut maka Bulu roma berdiri
8. Tegang maka pencernaan terganggu, otot – otot menegang atau bergetar ( tremor )
Takut Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrim dari takut adalah takut yang pathologis yang disebut phobia. Phobia adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup (claustrophobia), takut terhadap ketinggian atau takut berada di tempat - tempat yang tinggi (acrophobia), takut terhadap kerumunan orang, takut tempat -tempat ramai (ochlophobia). Rasa takut lain yang merupakan kelainan kejiwaan adalah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak jelas sasarannya dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada penderita-penderita Psikoneurosis. Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekuatiran seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekuatiran yang umum terdapat pada tiap-tiap orang dan kekuatiran ini justru positif karena dengan demikian orang selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat. Kecemburuan adalah bentuk khusus dan kekwatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya. Gembira Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat spesial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gem¬bira tersebut. Marah Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah. Motif, atau dalam bahasa Inggris-nya '"motive", berasal dari kata ''motion", yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif, pun. erat hubungannya dengan "gerak", yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga per-buatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah-laku. Di samping istilah "motif", dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Ada beberapa pendapat mengenai apa sebenarnya motif itu. Salah satu pendapat mengatakan bahwa motif itu merupakan energi dasar yang terdapat dalam diri seseorang. Sigmund Freud adalah salah seorang sarjana yang berpendapat demikian. Tiap tingkah ¬laku, menurut Freud didorong oleh suatu energi dasar yang disebut instink-instink ini oleh Freud dibagi dua :
1. Instink kehidupan atau instink seksual atau libido, yaitu do¬rongan untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan keturunan.
2. Instink yang mendorong perbuatan-perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian.
Tokoh-tokoh lain yang juga mengakui motif sebagai energi dasar antara lain adalah:
1. Bergson dengan teori "elan vital" yang mengakui adanya faktor yang bersifat non material yang mengatur tingkah laku.
2. Me Dougail dengan teori "bormic", yang mengatakan bahwa tingkah laku ditentukan oleh hasrat, kecenderungan yang bekerjanya analog dengan kenyataan-kenyataan dalam dunia ilmu. alam dan ilmu kimia.
Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi mempunyai fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya suatu ketidak seimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan ketidak seimbangan ini, misalnya mencari makanan atau mencari perlindungan,. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengusahakan keseimbangan dari ketidak seimbangan terdapat dalam diri tiap organisme dan manusia, dan ini disebut prinsip homeostasis. Pada manusia, lingkaran motivasi bersifat dinamis, ini disebab-kan karena keseimbangan pada manusia seringkali merangsang ketidak seimbangan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini tidak terdapat pada hewan, misalnya, karena pada hewan ketidak seimbangan-ketidak seimbangan yang timbul selalu sama dan waktu ke waktu sampai hewan ini mati. Oleh karena itu lingkaran motivasi pada hewan bersifat statis. Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya tingkah laku. Meskipun misalnya ada kebutuhan, tetapi kebutuhan ini tidak ber-hasil menciptakan motif, maka tidak akan terjadi tingkah laku. Hal ini disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu, seperti faktor-faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan.
2. Teori Emosi James-Lange
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang nativistik mengatakan bahwa emosi-emosi itu pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, sedangkan pendapat yang empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut paham nativistik adalah Rene Descartes (1596—1650). la mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya telah mempunyai enam emosi dasar yaitu : cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih dan kagum. Di pihak kaum empiristik dapat kita catat nama-nama William-James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) Kedua orang ini menyusun suatu teori tentang emosi yang dinamakan teori James—Lange. Menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap pembahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsang-rangsang yang datang dari luar. Jadi, kalau seorang misalnya melihat seekor harimau, maka reaksinya adalah darah makin cepat beredar karena denyut jantung makin cepat, paru-paru pun lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Jadi, orang itu bukan berdebar-debar karena takut setelah melihat harimau melainkan karena ia berdebar-debar maka timbul rasa takut. Mengapa rasa takut yang timbul, ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang yang bersangkutan dari pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya karena itu debaran jantung diper¬sepsikan sebagai takut. Teori ini sering juga disebut teori perifer. Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Selain itu, gejala kejasmanian bukanlah akibat emosi yang dialami oleh individu, melainkan emosi merupakan akibat dari gejala kejasmanian. Seseorang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya, orang tersebut susah karena menangis (Sunaryo, 2004). Menurut James & Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi. Teori yang dikemukakan oleh William James dan Carl Lange kira-kira seabad yang lalu, yang dikenal dengan Teori James Lange, mengemukakan proses-proses terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut:
a) Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi.
b) Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola-pola khusus melalui aktivitas fisik.
c) Mempersepsikan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.
Uraian ini disingkat menjadi : Lingkungan - otak - perubahan pada tubuh + emosi Perubahan emosi karena perasaan yang menekan, mempengaruhi fungsi pencernaan. Sebagaimana diketahui, pencernaan dilakukan di dalam lambung melalui asam lambung; biasanya lambung menghasilkan asam lambung dalam jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan dan berhenti kalau tugas mencerna makanan selesai. Pengeluaran asam lambung ini diatur oleh susunan saraf parasimpatis sebagai bagian dari susunan saraf otonom. Dalam keadaan stres, asam lambung dihasilkan secara berlebihan dan kalau ini terjadi tanpa dipergunakan untuk mencerna makanan, menyebabkan peradangan pada permukaan lambung dan dapat menimbulkan luka. Stres adalah suatu keadaan pikiran (jiwa) seseorang yang menimbulkan emosi yang tidak menyenangkan, tidak enak, menekan, yang timbul dari lingkungan dan tidak dapat atau sulit diatasi. Sires muneul karena keadaan tersebut menekan terlalu berat dan orang tersebut tidak kuat menahannya. Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhelm Wundt (1832 - 1920). Tetapi berbeda dari W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi, W. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi. Menurut Wundt ada tiga pasang kutub emosi, yaitu :
1. Senang - tak senang
2. Tegang - tak tegang
3. Semangat - tenang
Perubahan-perubahan pada tubuh pada saat terjadi emosi Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita antara lain :
1. Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona.
2. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4. Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa.
5. Pupil mata : membesar bila sakit atau marah.
6. Liur : mengering kalau takut atau tegang.
7. Bulu roma : berdiri kalau takut.
8. Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang.
9. Otot : Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor).
10. Komposisi darah : Komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.
Menurut Wiliams James, faktor penting untuk timbulnya emosi adanya perubahan-perubahan pada element-element visceral. Sedangkan Carl Lange pada waktu yang hampir bersamaan mengemukakan bahwa emosi terjadi karena perubahan-perubahan ruang yang terjadi pada system vasomotor (otot-otot). Jadi kedua tokoh ini memiliki kesamaan pendapat yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan karena adanya perubahan-perubahan psikologis. Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan perubahan-perubahan fisiologis menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis yang disebut dengan emosi. Dengan kata lain, menurut James-Lange bukan tertawa senang, melainkan ia senang karena tertawa. Dari kesamaan dan teori yang dikeluarkan oleh james-Lange, menghasilkan lima tingkatan dalam proses emosi yang terdiri dari :
• Situasi Persepsi tentang situasi
• Perubahan-perubahan dalam tubuh
• Perbuatan yang terlihat , misalnya melarikan diri dari bahaya
• Keadaan sadar dari emosi.
BAB III
KESIMPULAN

Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda. Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan sebagainya. Dengan adanya keterangan yang diungkapkan oleh James-Lange mengenai teori emosi, maka diperoleh suatu wacana bahwa emosi itu sendiri merupakan suatu proses yang melibatkan dua aspek penting dalam diri sorang individu, yaitu psikologis dan fisik. Hal ini dapat dilihat dari organ fisik yang bereaksi disertai perasaan seseorang saat mendapatkan stimulus yang kemudian termanifestasi dalam bentuk perilaku tertentu yang disebut sebagai emosi (baik negatif ataupun positif ).

















DAFTAR PUSTAKA

Template by : kendhin x-template.blogspot.com